Little Photo
On screen
Silahkan klik link berikut untuk download app ini: https://market.android.com/details?id=com.littlephoto&feature=search_result#?t=W251bGwsMSwxLDEsImNvbS5saXR0bGVwaG90byJd
Sabtu, 07 Januari 2012
Minggu, 04 Desember 2011
Belajar Dasar-Dasar Photography
Siapa saja bisa memotret. Dengan
tambahan pikiran kreatif dan kerja keras, kita dapat menciptakan gambar hebat
yang menunjukkan segenap kreasi dan interpretasi terhadap apa yang dilihat dan
jepret. Nah, seni mengabadikan gambar dengan menggunakan kamera di sebut dengan
Fotografi.
Fotografi berasal dari bahasa Latin
yaitu: photos adalah cahaya, sinar. Sedang graphein berarti tulisan, gambar
atau disain bentuk. Jadi, fotografi secara luas adalah menulis atau menggambar
dengan menggunakan cahaya. Gambar mati atau lukisan yang didapat melalui proses
penyinaran dengan menggunakan cahaya.Karena dalam membuat gambar kita
mengguanakan alat kamera maka sudah tentu kita harus benar-benar menguasai alat
tersebut juga beberapa teknik dasarnya. Dalam menggunakan kamera kita mengenal
apa yang disebut dengan:
Fokus
Fokus adalah titik api
Fokus adalah titik api
Rana/Kecepatan
Rana adalah tirai yang bergerak turun naik di dalam kamera yang berfungsi untuk mengatur berapa lama film hendak disinari. Rana memiliki satuan dengan nomor: B-1-2-4-8-15-30-60-125-250-500-1000-2000. Besar kecilnya satuan rana dapat ditentukan sendiri dengan mengatur besar dan kecilnyanya satuan rana dan besarnya diafragma.
Rana adalah tirai yang bergerak turun naik di dalam kamera yang berfungsi untuk mengatur berapa lama film hendak disinari. Rana memiliki satuan dengan nomor: B-1-2-4-8-15-30-60-125-250-500-1000-2000. Besar kecilnya satuan rana dapat ditentukan sendiri dengan mengatur besar dan kecilnyanya satuan rana dan besarnya diafragma.
Ada beberapa rana dalam kamera. Diantaranya rana celah dan rana pusat. Rana celah ada dua yaitu: Rana celah vertical dan horizonta. Keduanya terletaDia pada kamera yang bertugas menutup tirai dan mengikuti fungsinya. Rana vertial menutup secara vertikal dan yang horizontal menutup secara horizontal.
Sedang Rana pusat adalah, Rana yang terletak pada lensa letaknya berdampingan dengan diafragma dan menutupnya dengan cara memusat.
Diafragma
Diafragma adalah lubang dalam lensa kamera tempat cahaya masuk saat melakukan pemotretan. Diafragma memiliki beberapa ukuran atau angka-angka. Setiap lensa mempunyai perbedaan bukaan diafragma masing-masing. Biasanya, ukuran diafragma dimulai dengan 2,8-4-5,6-8-11-16-22. Besar kecilnya bukaan diafragma yang kita pilih menghasilkan foto yang berbeda. Bukaan diafragma kecil akan menghasilkan ruang yang luas. Sedang bukaan diafragma besar akan membuat ruang tajam sempit (Blur).
Atau mudahnya, diafragma artinya bukaan lensa. Efeknya, makin besar bukaan,maka makin besar kecepatan yang dibutuhkan, speed makin tinggi. Efek lainnya, makin besar bukaan, makin sempit ruang tajamnya, artinya makin besar efek blur untuk daerah diluar ruang tajam yang fokus. Banyak cara dan tujuan penggunaan/pemilihan diafragma, yg antara lain akan jelas mempengaruhi konteks dari foto yg kita buat
Misal untuk memotret landscape, dengan memakai kamera apapun, coba setel ke diafragma paling sempit (angka paling besar) yang mungkin dicapai, lalu diimbangi dengan penyetelan lama waktu bukaan seperlunya (perhatikan light meter).
Tapi khususnya untuk pemotretan malam, kadang kita tidak bisa mencapai bukaan paling sempit karena terbatas waktu bukaan shutter yang tidak bisa terlalu lama, apalagi di kamera prosumer yang biasanya terbatas hanya 13 detik maksimum. Untunglah untuk kamera digital prosumer hal ini tidak masalah, soalnya dengan ukuran sensor yang jauh lebih kecil daripada satu frame film 35mm maka ruang tajam tetap cukup luas, walaupun diafragma disetel ke f/3.5 misalnya. Dan, semuanya tergantung bagaimana foto akan kita buat.
Pencahayaan
Pencahayaan adalah proses menyinari film dengan cahaya yang datang dari luar kamera dengan mengontrol besarnya diafragma dan kecepatan.Dalam pencahayaan, bukaan diafragma menentukan intensitas cahaya yang diteruskan film. Sedangkan kecepatan rana menentukan jangka waktu transmisi sinar.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menentukan kombinasi yang tepat antara bukaan diafragma dengan kecepatan. Salah satunya dengan memilih prioritas diafragma. Maksudnya, pemotret bisa memilih berapa besar bukaan diafragma yang akan digunakan. Setiap bukaan diafragma yang dipilih akan membuat hasil gambar yang berbeda. Bila pemotret memilih menggunakan rana tinggi, maka itu berguna untuk menghentikan aksi. Sedang rana rendah akan membuat aksi kabur.Sedang untuk mengambil gambar di tempat dengan cahaya yang kurang maka untuk mengatasinya yang dilakukan oleh fotografer adalah memakai film dengan kecepatan tinggi. Misalnya Iso 400, 600, 800 atau Iso 1600.
Cara untuk mengukur pencahayaan biasanya ada di setiap kamera. Untuk mengukur cahaya agar sesuai, kita bisa mensiasatinya dengan cara mengukur telapak tangan atau mendekatkan kamera kita sekitar 30 cm dari objek. Maka, kita akan mendapatan pencahayaan yang sesuai.Untuk mendapatkan cahaya yang baik dalam pemotretan biasanya kita akan memilih memotret pada jam 08.00-10.00 dan 16.00-18.00. biasanya dalam waktu ini, cahaya dalam kondisi yang baik, dan tak terlalu keras.
Dalam pencahayaan ada beberapa teknik yang harus diperhatikan. Diantaranya:
Penerangan depan: Sumber cahaya berasal dari depan objek. Cahaya ini akan menghasilkan gambar yang datar.
Penerangan belakang : Sumber cahaya berasal dari belakang objek. Dengan sumber cahaya yang seperti ini maka objek yang kita ambil menjadi shiluette (hitam). Pemotretan dengan sumber cahaya dari belakang dilakukan bila kita ingin membuat sebuah foto shiluete.
Penerangan Samping : Pemotretan dengan memakai sumber cahaya dari samping membuat objek yang kita ambil akan nampak tegas. Biasanya cahaya ini
Lensa
Lensa adalah alat yang terdiri dari beberapa cermin yang berfungsi mengubah benda menjadi bayangan, terbalik dan nyata. Lensa terletak di depan kamera. Ada beberpa jenis lensa. Lensa normal, lensa lebar (wide) dan lensa panjang atau biasa disebut dengan lensa tele.
Lensa adalah alat yang terdiri dari beberapa cermin yang berfungsi mengubah benda menjadi bayangan, terbalik dan nyata. Lensa terletak di depan kamera. Ada beberpa jenis lensa. Lensa normal, lensa lebar (wide) dan lensa panjang atau biasa disebut dengan lensa tele.
Lensa normal berukuran fokus sepanjang 50 mm atau 55 mm untuk film berukuran 35 mm. Sudut pandang lensa ini hampir sama dengan sudut pandang mata manusia. Selain lensa lebar, ada juga lensa tele.
Lensa lebar bisanya mempunyai lebar fokusnya 16-24mm. Lensa ini cocok untuk mengambil gambar pemandangan.
Lensa tele adalah lensa yang memiliki focal length panjang. Lensa ini dapat digunakan untuk memperoleh ruang tajam yang pendek dan dapat menghasikan prespektif wajah yang mendekati aslinya. Lensa ini biasanya berukuran 85mm, 135mm dan 200mm.
Bisanya fotografer menggunakan lensa sesuai dengan kebutuhannya. Bila ingin memotret benda atau objek yang dekat, atau memotret pemandangan, biasanya mereka menggunakan lensa normal atau lensa dengan sudut lebar.
Namun bila fotografer ingin mengabadikan sebuah moment tertentu dengan jarak yang jauh, biasanya mereka menggunakan lensa tele. Dengan demikian, mereka tak perlu repot untuk membidik objek, dan kerja mereka akan semakin mudah.
Selain lensa normal dan lensa tele, ada juga jenis lensa lainnya yang biasa disebut dengan lensa variasi atau lensa special (special lense). Biasanya lensa ini digunakan untuk keperluan tertentu. Contohnya fish eye lens (lensa mata ikan – 180 derajat).
Memotret dengan lensa ini fotografer akan memperoleh hasil yang unik. Namun, lensa ini tidak berfungsi untuk menyaring sesuatu kecuali mengubah pandangan guna mencapai hasil yang menyimpang dari pemotretan biasa.
Bila fotografer ingin mengambil objek dengan ukuran kecil atau pemotretan berjarak dekat (mendekatkan pemotret ke objek), umumnya lensa yang dipakai adalah lensa makro. Lensa ini biasanya juga dipakai untuk keperluan reproduksi karena dapat memberikan kualitas prima dan distorsi minimal. Misalnya: untuk memotret bunga, serangga, dll.
Selain peralatan, untuk menghasilkan sebuah foto yang baik kita juga harus memperhatikan beberapa hal diantaranya: Komposisi, cahaya, garis, bentuk, tekstur, rupa, warna dan vertical atau horizontal.
Komposisi
Komposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar agar objek menjadi pusat perhatian (POI=Point of Interest). Dengan mengatur komposisi foto kita juga dapat dan akan membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek.
Berbicara komposisi maka akan selalu terkait dengan kepekaan dan “rasa” (sense). Untuk itu sangat diperlukan upaya untuk melatih kepekaan kita agar dapat memotret dengan komposisi yang baik.
Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menghasilkan komposisi yang baik.Diantaranya:
Sepertiga Bagian (Rule of Thirds)
Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang Umum lakukan, di mana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto.
Sudut Pemotretan (Angle of View)
Salah satu unsur yang membangun sebuah
komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini
sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka dari itu, jika kita ingin
mendapatkan satu moment dan mendapatkan hasil yang terbaik, kita jangan pernah
takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar
(sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan berbagai sudut pandang dari
atas, bawah, samping sampai kepada sudut yang ekstrim.
Komposisi pola garis Diagonal, Horizontal, Vertikal, Curve.
Di dalam pemotretan Nature, pola garis
juga menjadi salah satu unsur yang dapat memperkuat objek foto. Pola garis ini
dibangun dari perpaduan elemen-elemen lain yang ada didalam suatu foto.
Misalnya pohon,ranting, daun, garis cakrawala, gunung, jalan, garis atap rumah
dan lain-lain..
Elemen-elemen yang membentuk pola garis ini sebaiknya diletakkan di sepertiga bagian bidang foto. Pola Garis ini dapat membuat komposisi foto menjadi lebih seimbang dinamis dan tidak kaku.
Background (BG) dan Foreground (FG)
Latar belakang dan latar depan adalah
benda-benda yang berada di belakang atau di depan objek inti dari suatu foto.
Idealnya, BG dan FG ini merupakan pendukung untuk memperkuat kesan dan fokus
perhatian mata kepada objek.
Selain itu juga “mood” suatu foto juga ditentukan dari unsur-unsur yang ada pada BG atau FG. BG dan FG, seharusnya tidak lebih dominan (terlalu mencolok) daripada objek intinya. Salah satu caranya adalah dengan mengaburkan (Blur) BG dan FG melalui pengaturan diafragma.
Beberapa teknik sudut pengambilan sebuah foto, yaitu:
Pandangan
sebatas mata (eye level viewing);
paling umum, pemotretan sebatas mata
pada posisi berdiri, hasilnya wajar/biasa, tidak menimbulkan efek-efek khusus
yang terlihat menonjol kecuali efek-efek yang timbul oleh penggunaan lensa
tertentu, seperti menggunakan lensa sudut lebar, mata ikan, tele, dan
sebagainya karena umumnya kamera berada sejajar dengan subjek.
Pandangan burung (bird eye viewing);
bidikan dari atas, efek yang tampak
subjek terlihat rendah, pendek dan kecil. Kesannya seperti “kecil”/hina
terhadap subjek. Manfaatnya seperti untuk menyajikan suatu lokasi atau
landscap.
Low angle camera;
pemotretan dilakukan dari bawah. Efek
yang timbul adalah distorsi perspektif yang secara teknis dapat menurunkan
kualitas gambar, bagi yang kreatif hal ini dimanfaatkan untuk menimbulkan efek
khusus. Kesan efek ini adalah menimbulkan sosok pribadi yang besar, tinggi,
kokoh dan berwibawa, juga angkuh. Orang pendek akan terlihat sedikit “normal”.
Menggambarkan bagaimana anak-anak memandang “dunia” orang dewasa. Termasuk juga
dalam jenis ini pemotretan panggung, orang sedang berpidato di atas mimbar yang
tinggi.
Frog eye viewing,
pandangan sebatas mata katak. Pada
posisi ini kamera berada di bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak
diarahkan ke atas, tetapi mendatar dan dilakukan sambil tiarap. Angle ini
digunakan pada foto peperangan, fauna dan flora.
Waist
level viewing,
pemotretan sebatas pinggang. Arah
lensa disesuaikan dengan arah mata (tanpa harus mengintip dari jendela
pengamat). Sudut pengambilan seperti ini sering digunakan untuk foto-foto
candid (diam-diam, tidak diketahui subjek foto), tapi pengambilan foto seperti
ini adalah spekulatif.
High
handheld position;
pemotretan dengan cara mengangkat
kamera tinggi-tinggi dengan kedua tangan dan tanpa membidik. Ada juga unsur
spekulatifnya, tapi ada kiatnya yaitu dengan menggunakan lensa sudut lebar (16
mm sampai 35 mm) dengan memposisikan gelang fokus pada tak terhingga (mentok)
dan kemudian memutarnya balik sedikit saja. Pemotretan seperti sering dilakukan
untuk memotret tempat keramaian untuk menembus kerumunan.
Film
Film adalah media untuk merekam gambar yang terdiri dari lempengan tipis dengan emulsi yang peka cahaya. Karena peka cahayalah yang membuat film harus disimpan dalam kotak atau tabung yang tak terkena cahaya. Film mempunyai ukuran 35mm dan 120mm atau disebut medium format.
Ada beberapa jenis film. Diantaranya:
NEGATIF
FILM:
Film negatif atau klise, adalah
sebutan untuk citra yang terbentuk pada film sesudah dipotretkan dan sesudah
dikembangkan, di mana bagian yang terlihat gelap pada gambar, pada objek
terlihat terang. Warna yang timbul berlawanan karena bagian terang dari objek
memantulkan banyak cahaya ke film dan menghasilkan area gelap
X-RAY FILM:
Film sinar-x. Film ini dibuat kontras
dan dibungkus dengan kertas timah. Karena sinar x dapat menembus benda-benda
padat seprti kulit, tekstil, dan lain-lain, maka dalam pemotretan akan tampak
bayangan-bayangan yang mengganggu. Film ini biasa digunakan dalam bidang
kedokteran dan pengobatan.
POLAROID FILM:
Polaroid film adalah film yang
digunakan untuk menghasilkan foto dalam waktu singkat tetapi tidak mempunyai
negatif. Dahulu banyak fotografer professional yang menggunakan kamera ini
namun semakin hari kamera dan film jenis ini sudah ditinggalkan. Hanya sebagian
fotografer yang masih memakainya. Film Polaroid ditemukan oleh dr Land.
ORTHOCHROMATIC FILM:
Film yang sensitif terhadap warna biru
dan hijau tapi tidak pada merah.
MEDIUM
FILM:
Film dengan kecepatan sedang (ISO 100,
200). Kelompok film yang paling popular dan banyak diminati pemotret. Ideal
untuk pemotretan dalam cuaca yang terang/cerah.
Iso
Iso adalah standard untuk kategori film yang digunakan yang mengindikasikan besar kepekaan film terhadap cahaya. Semakin kecil angka iso, semakin rendah kepekaannya terhadap cahaya. Kepekaan cahaya ini sangat menjadi prioritas dalam pemotretan. Biasanya bila kita ingin memotret pada suasana cahaya yang terang maka, kita dianjurkan memakai film dengan Iso 100 atau film dengan kecepatan rendah.
Ukuran Iso pada film ada berbagai jenis ukuran: 25-50-100-200-400-600-800 dan 1600.
Filter
Penyaring dalam bentuk kaca yang tembus cahaya yang mempunyai ketebalan rata . Filter biasanya dipasang di ujung depan lensa. Ada beberapa jenis filter, diantaranya:
POL COLOR FILTER:
Filter yang terdiri dari selembar
polarisator kelabu dan polarisator warna, terdapat berbagai kombinasi warna
sehingga dapat digunakan untuk efek-efek tertentu.
Filter yang terdiri dari selembar
polarisator kelabu dan polarisator warna, terdapat berbagai kombinasi warna
sehingga dapat digunakan untuk efek-efek tertentu.
Filter terdiri dari selembar
polarisator dengan filter konversi warna (85B). Biasanya juga digunakan untuk
jenis kamera kine, sehingga memungkinkan film tungsten digunakan untuk cerah
hari dan mempunyai efek seperti filter polarisasi.
POL FIDER FILTER:
Filter yang terdiri dari dua filter PL
linier yang digabung menjadi satu. Jumlah filter yang masuk dapat diatur dengan
memutar gelang filter.
POLARIZING CIRCULAR FILTER:
Filter yang dibuat dari lembaran
polarisator linier dan keeping quarter wave retardation, dilapi di antara dua
gelang filter. Efeknya sama dengan filter polarisasi, biasanya digunakan untuk
kamera kine.
POLARIZING FILTER:
Filter polarisasi, dipakai untuk
menghilangkan refleksi dari segala permukaan yang mengkilap. Filter ini terdiri
dari dua bagian, bagian yang satu dengan lain dapat diputar-putar
untukmendapatkan sudut paling ideal menghilangkan refleksi, menambah saturasi
warna dan menembus kabut atmosfer. Juga berguna untuk membirukan langit.
ND FILTER:
Filter ND. Filter ini berfungsi untuk
menurunkan kekuatan sinar 2 kali sampai 8 kali. Filter ini bernada abu-abu muda
atau sedang dan tidak mengubah warna gambar.
NEBULA FILTER:
Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang berpelangi.
Sekilas tentang Fotografi
Kata photography berasal dari kata
photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti gambar. Jadi photography bisa
diartikan menggambar/melukis dengan cahaya.
Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.
Format film
Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.
Format film
Sebelum kita melangkah ke jenis-jenis
kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu berbagai macam
format/ukuran film.
1. APS, Advanced Photography System.
Format kecil dengan ukuran film 16×24mm, dikemas dalam cartridge. Meski format
ini tergolong baru, namun tidak populer. Toko yang menjual film jenis ini susah
dicari di Indonesia.
2. Format 135. Dikenal juga dengan film
35mm. Mempunyai ukuran 24×36mm, dikemas dalam bentuk cartridge berisi 20 atau
36 frame. Format ini adalah format yang paling populer, banyak kita temui di
sekitar kita.
3. Medium format
4. Large format
Jenis Film
1. Film B/W, film negatif hitam putih.
2. Film negatif warna. Paling populer,
sering kita pakai.
3. Film positif, biasa juga disebut
slide. Lebih mahal dan rawan overexposure. Meski demikian warna-warna yang
dihasilkan lebih bagus karena dapat menangkap rentang kontras yang lebih luas.
Jenis-jenis kamera
1. Pocket/compact. Kamera saku. Populer
bagi orang awam, sederhana dan mudah dioperasikan. Menggunakan film format
35mm.
2. Rangefinder. Kamera pencari jarak.
Kecil, sekilas mirip dengan kamera saku. Bedanya, kamera ini mempunyai
mekanisme fokusing (karenanya disebut rangefinder). Umumnya menggunakan film
format 35mm.
3. SLR, Single Lens Reflex. Kamera
refleks lensa tunggal. Populer di kalangan profesional, amatir dan hobiis.
Umumnya mempunyai lensa yang dapat diganti. Menggunakan film format 35mm.
Disebut juga kamera sistem.
4. TLR, Twin Lens Reflex. Kamera refleks
lensa ganda. Biasanya menggunakan format medium.
5. Viewfinder. Biasanya menggunakan
format medium.
6. Kamera manual dan kamera otomatis.
Kamera-kamera SLR terbaru umumnya sudah dilengkapi sistem autofokus dan
autoexposure namun masih dapat dioperasikan secara manual.
Kamera digital. Menggunakan sensor
digital sebagai pengganti film.
1. Consumer. Kamera saku, murah, mudah
pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti. Sebagian besar hanya punya mode
full-otomatis. Just point and shoot. Beberapa, seperti Canon seri A, memiliki
mode manual.
2. Prosumer. Kamera SLR-like, harga
menengah. Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode manual dan auto.
3. DSLR. Digital SLR.
4. Lensa, mata dari kamera, secara umum
menentukan kualitas foto yang dihasilkan lensa memiliki 2 properties penting
yaitu panjang fokal dan aperture maksimum.
5. Field of View (FOV) tiap lensa
memiliki FOV yang lebarnya tergantung dari panjang fokalnya dan luas
film/sensor yang digunakan.
6. Field of View Crop, sering disebut
secara salah kaprah dengan focal length multiplier. Hampir semua kamera digital
memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada film 35mm, maka pada field of
view kamera digital lebih kecil dari pada kamera 35mm. Misal lensa 50 mm pada
Nikon D70 memiliki FOV yang sama dengan lensa 75mm pada kamera film 35mm (FOV
crop factor 1.5x)
Jenis-jenis Lensa
berdasarkan prime-vario
1. Fixed focal/Prime, memiliki panjang
fokal tetap, misal Fujinon 35mm F/3.5 memiliki panjang fokal 35 mm. Lensa prime
kurang fleksibel, namun kualitasnya lebih tinggi daripada lensa zoom pada harga
yang sama.
2. Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang dapat diubah, misal Canon EF-S 18-55mm F/3.5-5.6 memiliki panjang fokal yang dapat diubah dari 18 mm sampai 55 mm. Fleksibel karena panjang fokalnya yang dapat diatur.
2. Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang dapat diubah, misal Canon EF-S 18-55mm F/3.5-5.6 memiliki panjang fokal yang dapat diubah dari 18 mm sampai 55 mm. Fleksibel karena panjang fokalnya yang dapat diatur.
2. berdasarkan panjang focal
1. Wide, lensa dengan FOV lebar, panjang
fokal 35 mm atau kurang. Biasanya digunakan untuk memotret pemandangan dan
gedung.
2. Normal, panjang fokal sekitar 50 mm.
Lensa serbaguna, cepat dan harganya murah.
3. Tele, lensa dengan FOV sempit, panjang
fokal 70mm atau lebih. Untuk memotret dari jarak jauh.
3. berdasarkan aperture maksimumnya.
1. Cepat, memiliki aperture maksimum yang
lebar.
2. Lambat, memiliki aperture maksimum
sempit.
3. lensa-lensa khusus
4. Lensa Makro, digunakan untuk memotret
dari jarak dekat
5. Lensa Tilt and Shift, bisa
dibengkokan.
Ketentuan lensa lebar/tele
(berdasarkan panjang focal) di atas berlaku untuk kamera film 35mm. Lensa
Nikkor 50 mm menjadi lensa normal pada kamera film 35mm, tapi menjadi lensa
tele jika digunakan pada kamera digital Nikon D70. Pada Nikon D70 FOV Nikkor 50
mm setara dengan FOV lensa 75 mm pada kamera film 35mm.
Peralatan bantu lain
Tripod, diperlukan untuk pemotretan
dengan kecepatan lambat. Pada kecepatan lambat, menghindari goyangan kamera
jika dipegang dengan tangan (handheld). Secara umum kecepatan minimal handhel
adalah 1/focal.
Membawa tripod saat hunting bisa merepotkan. Untuk keperluan hunting biasanya tripod yang dibawa adalah tripod yang ringan dan kecil.
Monopod, mirip tripod, kaki satu. Lebih mudah dibawa. Hanya dapat menghilangkan goyangan vertikal saja.
Flash/blitz/lampu kilat, untuk menerangai obyek dalam kondisi gelap.
Filter, untuk menyaring cahaya yang masuk. Ada banyak jenisnya.
- UV, menyaring cahaya UV agar tidak terjadi hazy pada foto2 landscape, sering digunakan untuk melindungi lensa dari debu.
- PL/CPL (Polarizer/Circular Polarizar) untuk mengurangi bayangan pada permukaan non logam. Bisa juga untuk menambah kontras langit.
Exposure, jumlah cahaya yang masuk ke kamera, tergantung dari aperture dan kecepatan.
- Aperture/diafragma. Makin besar
aperture makin banyak cahaya yang masuk.
Aperture dinyatakan dengan angka angka
antara lain sebagai berikut: f/1,4 f/2 f/3,5 f/5.6 f/8. semakin besar angkanya
(f number), aperture makin kecil aperturenya.
- Shutter speed/kecepatan rana. Makin cepat, makin sedikit cahaya yang masuk.
- ISO, menyatakan sensitivitas sensor/film. Makin tinggi ISOnya maka jumlah cahaya yang dibutuhkan makin sedikit. Film ISO 100 memerlukan jumlah cahaya 2 kali film ISO 200.
Contoh: kombinasi diafragma f/5.6 kec. 1/500 pada ISO 100 setara dengan diafragma f/8 kec 1/500 atau f/5.6 kec. 1/1000 pada ISO 200.
Exposure meter, pengukur cahaya. Hampir tiap kamera modern memiliki pengukur cahaya internal. Selain itu juga tersedia pengukur cahaya eksternal.
Exposure metering (sering disingkat dengan metering saja), metode pengukuran cahaya
1. Average metering, mengukur cahaya rata-rata seluruh frame.
2. Center-weighted average metering, mengukur cahaya rata-rata dengan titik berat bagian tengah.
3. Matrix/Evaluative metering, Mengukur cahaya di berbagai bagian dari frame, untuk kemudian dikalkulasi dengan metode-metode otomatis tertentu.
4. Spot metering, mengukur cahaya hanya pada bagian kecil di tengah frame saja.
Exposure compensation, 18% grey. Exposure meter selalu mengukur cahaya dan menhasilkan pengukuran sehingga terang foto yang dihasilkan berkisar pada 18% grey. Jadi kalau kita membidik sebidang kain putih dan menggunakan seting exposure sebagaimana yang ditunjukan oleh meter, maka kain putih tersebut akan menjadi abu-abu dalam foto. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus melakukan exposure compensation. Exposure kita tambah sehingga kain menjadi putih.
Under exposured, foto terlalu gelap karena kurang exposure.
Over exposured, foto terlalu terang
karena kelebihan exposure
Istilah stop. Naik 1 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 2 kali. Naik 2 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 4 kali. Turun 1 stop exposure diturunkan menjadi 1/2 kali. Turun 2 stop exposure diturunkan menjadi 1/4 kali.
Istilah stop. Naik 1 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 2 kali. Naik 2 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 4 kali. Turun 1 stop exposure diturunkan menjadi 1/2 kali. Turun 2 stop exposure diturunkan menjadi 1/4 kali.
Kenaikan 1 stop pada aperture sebagai berikut: f/22; f/16; f/11; f/8; f/5,6; f/4; f/2,8; f/2. Beda f number tiap stop adalah 0,7 kali (1/Ö2).
Kenaikan 1 stop pada kec. Rana sebagai berikut: 1/2000; 1/1000; 1/500; 1/250; 1/125; 1/60; 1/30; 1/15; 1/8; 1/4; 1/2; 1. Beda speed tiap stop adalah 2 kali.
DOF, Depth of Field, kedalaman medan. DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus.
Kedalaman medan dipengaruhi oleh besar aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.
1. Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin dangkal/sempit.
2. Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit.
3. Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit.
Pemilihan DOF
Jika DOF sempit, FG dan BG akan blur.
DOF sempit digunakan jika kita ingin mengisolasi/menonjolkan obyek dari
lingkungan sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.
Jika DOF lebar, FG dan BG tampak lebih
tajam. DOF lebar digunakan jika kita menginginkan hampir seluruh bagian pada
foto nampak tajam, seperti pada foto landscape atau foto jurnalistik.
Shooting mode
Mode auto, mode point and shoot,
tinggal bidik dan jepret.
1. Full auto, kamera yang menentukan
semua parameter.
2. Portrait, kamera menggunakan
aperture terbesar untuk menyempitkan DOF.
3. Landscape, kamera menggunakan
aperture terkecil.
4. Nightscene, menggunakan kecepatan
lambat dan flash untuk menangkap obyek dan BG sekaligus.
5. Fast shuter speed
6. Slow shutter speed
Creative
zone
1. P, program AE. Mirip dengan mode
auto dengan kontrol lebih. Dengan mode ini kita bisa mengontrol exposure
compensation, ISO, metering mode, Auto/manual fokus, white balance, flash
on/off, dan continues shooting.
2. Tv, shutter speed priority AE. Kita
menetukan speed, kamera akan menghitung aperture yang tepat.
3. Av, aperture priority AE. Kita menentukan aperture, kamera mengatur speed.
3. Av, aperture priority AE. Kita menentukan aperture, kamera mengatur speed.
4. M, manual exposure. Kita yang
menentukan aperture dan speed secara manual.
Komposisi
dan Angle
Komposisi adalah penempatan obyek
dalam frame foto
Angle adalah sudut pemotretan, dari
bawah, atas, atau sejajar.
Komposisi dan angle lebih menyangkut
ke seni dari fotografi. Faktor selera fotografer sangat besar pengaruhnya.
Langganan:
Postingan (Atom)